Rahang Alam Maut
Malam berikutnya Yesus dan aku masuk ke dalam rahang maut.
Yesus berkata, "Kita hampir selesai melewati alam maut, anakKu tidak akan Kutunjukkan padamu seluruh alam maut. Tapi, apa yang sudah Kutunjukkan kepadamu, Kuingin kau ceritakan pada dunia. Katakan pada mereka, alam maut itu nyata.
Katakan pada mereka laporan ini nyata." Ketika kami berjalan, kami berhenti di atas bukit memerikksa sebuah lembah kecil. Sejauh mata memandang terlihat tiang-tiang dari jiwa manusia memagari sisi bukit itu. Bisa kudengar tangisan mereka. Bunyi gaduh memenuhi tempat itu. Yesus berkata, "AnakKu, inilah rahang alam maut. Setiap kali mulut alam maut terbuka, akan kau dengar bunyi yang gaduh itu."
Jiwa-jiwa itu mencoba untuk keluar, tapi tidak bisa, karena mereka melekat di sisi alam maut.
Ketika Yesus berbicara, kulihat benda-benda hitam berjatuhan ke bawah melewati kami dan mendarat dengan suara gedebuk di dasar bukit itu. Setan-setan dengan rantai besar menyeret pergi jiwa-jiwa. Yesus berkata, "Mereka adalah jiwa-jiwa yang baru saja mati di bumi dan datang ke alam maut. Kegiatan ini berjalan terus siang dan malam."
Sekonyong-konyong keheningan memenuhi tempat itu. Yesus berkata, "Aku mengasihimu, anakKu, dan Kuingin kau ceritakan alam maut ini kepada manusia di bumi."
Kulihat jauh ke dalam rahang alam maut lewat semacam tingkat di sisi rahang. Jeritan kesakitan dan siksaan terdengar dari sana. Kapan hal ini akan berakhir? Aku bertanya-tanya dalam hatiku, aku akan merasa senang sekali kalau bisa istirahat dari semuanya ini.
Kemudian, tiba-tiba aku merasa sangat terhilang. Tak bisa kukatakan bagaimana aku tahu, tapi dengan segenap hatiku aku tahu bahwa Yesus telah pergi. Aku merasa sedih sekali. Aku menoleh ke tempat di mana tadi Dia berada. Dan cukup yakin, di sana tidak ada Yesus! "Oh tidak," jeritku, "tidak lagi! Oh Yesus, di mana Engkau?"
Apa yang akan kau baca akan menakutkanmu. Aku berdoa hal itu akan cukup menakutkan sehingga kau mau jadi orang percaya. Aku berdoa supaya kau mau bertobat dari dosa-dosamu, sehingga kau tidak akan pergi ke tempat yang mengerikan itu. Aku berdoa supaya kau mau mempercayaiku, karena aku tak mau hal ini terjadi pada siapapun juga. Aku mengasihimu dan berharap kau mau bangun sebelum segalanya terlamabat.
Jika kau seorang Kristen dengan membaca ini, yakinlah akan keselamatanmu. Bersiaplah untuk berjumpa dengan Tuhan pada setiap saat, karena kadang kadang sudah tidak ada waktu lagi untuk bertobat. Jaga apimu supaya tetap menyala, dan pelitamu penuh minyak. Bersiaplah, karena kau tidak tahu kapan Dia kembali. Jika kau belum dilahirkan kembali, bacalah Yohanes 3:16-19 dan datanglah kepada Tuhan. Dia akan menyelamatkanmu dari tempat penyiksaan ini.
Ketika aku berteriak memanggil Yesus, aku mulai menuruni bukit mencariNya. Aku dihentikan oleh satu setan besar yang membawa rantai. Dia tertawa dan berkata, "Kau tidak bisa lari ke manapun juga, perempuan.Yesus tidak ada disini untuk enyelamatkanmu. Kau akan berada di alam maut selamanya."
"Oh tidak," jeritku. "biarkan aku pergi!" Aku berkelahi dengan segenap kekuatanku, tapi aku segera dibelenggu dengan rantai dan dilempar ke tanah. Ketika aku terbaring di sana, tubuhku mulai terbungkus oleh selaput aneh yang lengket dengan bau yang begitu hebat sampai aku merasa mual. Aku tahu apa yang akan terjadi.
Dan kemudian aku merasa daging dan kulitku mulai berjatuhan dari tulang-tulangku! Aku menjerit dan menjerit dalam ketakutan. "Oh Yesus." Aku berteriak, "Engkau ada di mana?"
Kupandang diriku sendiri dan melihat bahwa di seluruh daging yang masih tertinggal di tubuhku mulai berubah warna menjadi abu-abu kotor, dan dari tubuhku berjatuhan daging yang berwarna abu-abu. Timbul lubang-lubang di punggung, di kaki, di tangan dan lenganku. Aku menjerit, "Oh tidak, aku di alam maut selamanya! Oh tidak."
Aku mulai merasa cacing-cacing di dalam tubuhku dan kudapati bahwa tulang-tulangku penuh cacing. Bahkan jika aku tidak bisa melihat mereka, aku tahu mereka ada di sana. Ku coba untuk menarik mereka dari tubuhku, tapi makin banyak yang datang menggantikan tempat mereka. Aku benar-benar merasakan kebusukan di dalam tubuhku.
Ya, aku tahu semua hal dan bisa mengingat dengan tepat apa yang telah terjadi di bumi. Aku bisa merasakan (sentuhan), melihat, mencium, mendengar dan merasa (mencicipi) semua siksaan di alam maut. Aku bisa melihat di dalam diriku sendiri. Aku hanya berupa kerangka yang kotor, tapi aku masih bisa merasakan semua yang terjadi padaku. Aku melihat yang lain-lain yang seperti diriku - sejauh mata memandang, kulihat jiwa jiwa.
Aku berteriak dalam kesakitan yang hebat. "Oh, Yesus! Tolong aku, Yesus." Aku ingin mati, tapi tidak bisa. Kurasakan api berkobar lagi di kakiku. Aku menjerit, "Kau dimana Yesus?" Aku berguling-guling di tanah dan menangis bersama-sama dengan yang lain. Kami terbaring di rahang alam maut dalam gundukan
kecil, seperti sampah yang dibuang. Jiwa kami dicekam rasa sakit yang tak tertahankan.
Aku terus menerus berteriak, "Kau di mana Yesus? Kau di mana Yesus?"
Aku ingin tahu apakah ini hanya sebuah mimpi? Apakah aku akan terbangun? Apakah aku benar-benar di alam maut? Apakah aku telah melakukan dosa yang bear melawan Allah dan kehilangan keselamatanku? Apa yang terjadi? Apakah aku telah berdosa kepada Roh Kudus? Kuingat semua pelajaran Alkitab yang pernah kudengar. Aku tahu keluargaku berada di suatu tempat di atasku. Dalam ketakutan kusadari bahwa aku berada di alam maut sama seperti jiwa-jiwa yang telah kulihat dan kubicarakan.
Aku merasa begitu aneh ketika bisa melihat tembus tubuhku. Cacing-cacing mulai merayap di dalam tubuhku lagi. Dapat kurasakan mereka merayap. Aku menjerit karena takut dan kesakitan.
Baru kemudian satu setan berkata, "Yesusmu telah mengecewakan dirimu kan? Nah, sekarang kau milik iblis!" Dia tertawa jahat ketika diangkatnya tubuhku dan menaruhku di atas sesuatu. Segera kudapati diriku di atas punggung bangkai hidup sejenis binatang. Binatang itu, seperti juga diriku, berwarna abu-abu kotor, penuh dengan kotoran dan daging mati yang busuk. Bau yang busuk memenuhi udara yang kotor.
Binatang itu membawaku tinggi ke atas langkan. Pikirku, oh Tuhan, di manakah Engkau?
Kami melewati banyak jiwa yang menjerit-jerit untuk diselamatkan. Kudengar suara keras dari rahang alam maut waktu terbuka, dan banyak jiwa jatuh melewatiku. Tanganku diikat di belakang punggungku.
Rasa sakit itu tidak terasa terus menerus, mendadak datang, dan mendadak hilang. Aku menjerit setiap rasa sakit itu datang, dan menunggu dengan ketakutan kalau rasa sakit itu bekurang.
Pikirku, bagaimana aku bisa keluar?" Apa yang akan terjadi? Apa ini yang terakhir? Apa yang telah kulakukan sehingga aku layak masuk alam maut?
"Oh Tuhan, di mana Engkau?" tangisku dalam kesakitan.
Aku menangis, tapi tidak bisa keluar air mata - hanya tubuhku yang terguncang-guncang. Binatang itu berhenti di depan sesuatu. Kupandang ke atas dan melihat sebuah ruangan yang indah penuh dengan barang-barang mewah dan permata yang berkilauan. Di tengah ruangan itu ada seorang wanita cantik berbusana pakaian ratu. Di dalam keputusasaanku, aku ingin tahu apa arti semuanya ini.
Aku berkata, "Wanita , tolonglah aku," Dia mendekat dan meludahi mukaku. Dia mengutukku dan berbicara perkara-perkara yang kotor kepadaku. "Oh Tuhan, apa lagi berikutnya? Tangisku. Dia tertawa jahat.
Tepat di depan mataku wanita itu berubah wujud menjadi pria, seekor kucing, seekor kuda, seekor ular, seekor tikus dan seorang pemuda.
Wujud apapun yang dipilihnya akan terjadi. Dia punya kuasa jahat yang besar. Di atas ruangannya ada tulisa "Ratu Iblis"
Binatang itu berjalan lagi untuk beberapa lama, dan kemudian berhenti. Dengan satu sentakan aku dilempar dari binatang itu ke tanah. Kulihat sepasukan laki-laki berkuda lewat. Aku dipaksa minggir ketika mereka lewat. Mereka semuanya berupa kerangka dengan warna kematian abu-abu kotor.
Sesudah mereka lewat, aku diangkat dari tanah dan dimasukan ke dalam sel. Ketika seseorang mengunci pintunya, dengan ketakutan kupandangi sekeliling sel dan menangis. Aku berdoa tapi tanpa harapan. Aku menangis dan bertobat seribu kali untuk dosa-dosaku. Ya, aku teringat banyak hal yang sudah
kulakukan untuk membimbing orang-orang Kristen lain dan untuk membantu seseorang ketika mereka membutuhkan diriku. Aku bertobat dari hal-hal yang sudah kulakukan dan pekerjaan-pekerjaan yang kutinggalkan dalam keadaaan belum selesai.
"Oh Tuhan, selamtkan aku," tangisku.
Berkali-kali aku berseru kepada Allah untuk menolongku. Aku tak bisa melihat maupun merasakanNya. Aku berada di alam maut sama seperti mereka yang sudah kulihat. Aku terjatuh di ubin dalam kesakitan dan menangis. Aku merasa bahwa aku terhilang untuk selamanya.
Berjam-jam telah berlalu dan setiap kali terdengar suara keras itu, jiwajiwa lain turun ke alam maut. Aku tetap memanggil, "Yesus, dimana Engkau?" Tidak ada jawaban. Cacingcacing mulai merayap lagi di dalam tubuh rohaniku. Aku bisa merasakan mereka merayap dalam diriku.
Kematian ada di mana-mana. Aku tak punya daging, tanpa alat tubuh, dan tanpa harapan. Aku tetap menarik keluar cacing-cacing dari kerangkaku. Aku sadar akan segala sesuatu yang sedang terjadi, dan aku ingin mati tapi tidak bisa. Rohku akan hidup selamanya.
Aku mulai menyanyi tentang kehidupan dan kuasa dari darah Yesus, yang mampu menyelamatkan dari dosa. Ketika hal itu kulakukan, setan besar dengan tombak datang berseru, Hentikan iitu!" mereka menikamku dengan tombak-tombak, dan kurasakan kilatan-kilatan api yang panas ketika ujung-ujunng tombak menembus sosok tubuhku. Berkali-kali mereka menimkamku.
Mereka menyanyi, "Iblislah allah di sini. Kami membenci Yesus dan semua yang berpihak kepadaNya!"
Ketika aku tidak mau berhenti menyanyi, mereka membawaku ke luar dari sel dan menyeretku ke sebuah lubang yang besar. "Jika kau tidak diam," kata mereka, "siksaanmu akan lebih berat."
Aku berhenti bernyanyi, sesudah ditahan lama, mereka mengembalikan aku ke dalam sel. Aku ingat ayat-ayat di Alkitab tentang malaikatmalaikat jatuh yang dirantai dalam penantian sampai penghakiman yang terakhir. "Tuhan selamatkan manusia di bumi," tangisku. "Bangunkan mereka sebelum terlambat." Banyak Firman muncul dalam pikiranku, tapi aku takut terhadap setan-setan itu dan tidak kuucapkan.
Rintihan dan teriakan memenuhi udara. Seekor tikus merayap di dekatku, dan kutendang pergi. Aku berpikir tentang suami dan anak-anakku. "Oh Allah, jangan biarkan mereka datang ke tempat ini," tangisku, karena aku tahu dengan pasti bahwa aku berada di alam maut.
Allah tidak bisa mendengarku, telinga dari Yang Maha Kuasa sudah tertutup untuk tangisan-tangisan di alam maut, pikirku. Kalau saja seseorang mau mendengarkan.
Seekor tikus besar lari ke atas kaki dan menggigitku. Aku menjerit dan melepaskannya. Rasanya sangat sakit.
Api yang entah berasal dari mana mulai perlahan-lahan membakarku. Detik-detik, menit-menit dan jam-jam berlalu. Akulah orang berdosa yang terhilang di alam maut. "Oh maut, datanglah," tangisku. Rupanya tangisanku memenuhi seluruh rahang alam maut. Yang lain ikut serta menangis - terhilang selamanya - tidak! Aku ingin mati tapi tidak bisa.
Aku jatuh terhenyak di lantai, merasakan semua siksaan ini. Kudengar rahang alam maut terbuka lagi, dan banyak jiwa mulai masuk ke dalamnya. Sekarang api mulai membakarku, dan timbul rasa sakit yang baru. Aku tahu apa yang sedang terjadi. Ingatanku tajam dan kuat. Aku tahu semua perkara itu dan aku tahu bahwa, jika jiwa-jiwa mati di dunia dan tidak diselamatkan dari dosa-dosa mereka, mereka datang ke sini.
"Oh Allahku, selamatkan aku," tangisku, "tolong selamatkan kami semuanya." Aku ingat seluruh hidupku dan mereka semua yang telah bercerita padaku tentang Yesus. Aku ingat waktu mendoakan orang sakit dan bagaimana Yesus menyembuhkan mereka. Aku ingat Firman-FirmanNya tentang kasih dan sukacita dan kesetiaanNya.
Kalau saja aku sudah lebih menyerupai Yesus, aku tak akan berada di sini, pikirku. Aku berpikir tentang perkaraperkara baik yang sudah Tuhan berikan kepadaku. Bagaimana Tuhan telah memberi udara untuk kehidupan, makanan, anak-anak dan rumah tangga, dan hal-hal baik untuk dinikmati. Tetapi, jika Dia Allah yang baik, kenapa aku berada di sini?
Aku tidak punya kekuatan untuk berdiri, tapi jiwaku terus menangis.
"Keluarkan aku dari sini."
Aku tahu bahwa di atasku kehidupan berlangsung terus, dan di suatu tempat temanteman dan keluargaku menjalani kehijdupan normal mereka. Aku tahu di suatu tempat ada gelak-tawa, kasih dan kebaikan hati. Tapi pikiran itupun mulai berangsur-angsur hilang dalam kesakitan yang hebat.
Bagian alam maut ini dipenuhi oleh kabut kotor yang setengah gelap dan remang-remang. Cahaya kuning yang redup ada di mana-mana, dan bau dari daging yang membusuk tak tertahankan. Menit-menit terasa seperti berjamjam, dan jam-jam terulur ke dalam kekekalan. Oh, kapan hal ini akan berhenti?
Aku tidak tidur, tidak istirahat, tidak ada makanan dan tidak ada air. Aku lapar sekali dan merasa lebih haus daripada rasa haus yang pernah kurasakan dalam hidupku. Aku begitu lelah dan ngantuk tapi rasa sakit itu terasa terus menerus.
Setiap kali mulut alam maut terbuka, mereka membuang muatan yang terdiri dari manusia-manusia yang terhilang untuk masuk ke alam maut. Dalam hati aku bertanya-tanya berangkali ada seseorang yang kukenal di antara mereka. Apakah mereka membawa suamiku ke sini?
Berjam-jam telah berlalu sejak aku datang di rahang alam maut. Kemudian kuperhatikan, ada sinar yang mulai memenuhi ruangan itu. Tiba-tiba api mulai berhenti menyala, tikus-tikus pergi, dan rasa sakit hilang dari tubuhku. Kucari kesempatan untuk melarikan diri, tapi tidak ada.
Aku ingin tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Aku mengintai lewat tingkap-tingkap alam maut, tahu bahwa hal ini adalah sesuatu yang mengerikan. Dan kemudian alam maut mulai tergoncang, dan api mulai menyala lagi. Kembali lagi ular-ular, tikus-tikus dan cacing-cacing! Rasa sakit yang tak tertahankan memenuhi jiwaku ketika penyiksaan itu mulai lagi.
"Oh Allah, biarkan aku mati," tangisku ketika aku mulai memukul-mukul lantai tanah di dalam selku dengan tulang-tulangku. Aku menjerit dan menangis, tapi tidak seorangpun tahu maupun memperdulikannya.
Tiba-tiba aku diangkat dari sel oleh suatu kekuatan yang tidak kelihatan. Ketika aku siuman kembali, Tuhan dan aku sedang berdiri di samping rumahku. Aku menjerit, "Kenapa, Tuhan, kenapa?" dan menjatuhkan diriku di kakiNya dalam keputusasaan.
Yesus berkata, "Damai, tenanglah."
Seketika itu juga aku berada dalam damai sejahtera. Dia mengangkatku dengan lembut dan aku tertidur dalam tanganNya.
Ketika keesokan harinya aku terbangun, aku merasa sangat sakit. Untuk berhari-hari aku terkenang akan kengerian-kengerian di alam maut dengan siksaan-siksaanya. Pada malam hari aku terbangun, menjerit dan berkata, ada banyak cacing merayap dalam diriku. Aku sangat takut pada alam maut
Yesus berkata, "Kita hampir selesai melewati alam maut, anakKu tidak akan Kutunjukkan padamu seluruh alam maut. Tapi, apa yang sudah Kutunjukkan kepadamu, Kuingin kau ceritakan pada dunia. Katakan pada mereka, alam maut itu nyata.
Katakan pada mereka laporan ini nyata." Ketika kami berjalan, kami berhenti di atas bukit memerikksa sebuah lembah kecil. Sejauh mata memandang terlihat tiang-tiang dari jiwa manusia memagari sisi bukit itu. Bisa kudengar tangisan mereka. Bunyi gaduh memenuhi tempat itu. Yesus berkata, "AnakKu, inilah rahang alam maut. Setiap kali mulut alam maut terbuka, akan kau dengar bunyi yang gaduh itu."
Jiwa-jiwa itu mencoba untuk keluar, tapi tidak bisa, karena mereka melekat di sisi alam maut.
Ketika Yesus berbicara, kulihat benda-benda hitam berjatuhan ke bawah melewati kami dan mendarat dengan suara gedebuk di dasar bukit itu. Setan-setan dengan rantai besar menyeret pergi jiwa-jiwa. Yesus berkata, "Mereka adalah jiwa-jiwa yang baru saja mati di bumi dan datang ke alam maut. Kegiatan ini berjalan terus siang dan malam."
Sekonyong-konyong keheningan memenuhi tempat itu. Yesus berkata, "Aku mengasihimu, anakKu, dan Kuingin kau ceritakan alam maut ini kepada manusia di bumi."
Kulihat jauh ke dalam rahang alam maut lewat semacam tingkat di sisi rahang. Jeritan kesakitan dan siksaan terdengar dari sana. Kapan hal ini akan berakhir? Aku bertanya-tanya dalam hatiku, aku akan merasa senang sekali kalau bisa istirahat dari semuanya ini.
Kemudian, tiba-tiba aku merasa sangat terhilang. Tak bisa kukatakan bagaimana aku tahu, tapi dengan segenap hatiku aku tahu bahwa Yesus telah pergi. Aku merasa sedih sekali. Aku menoleh ke tempat di mana tadi Dia berada. Dan cukup yakin, di sana tidak ada Yesus! "Oh tidak," jeritku, "tidak lagi! Oh Yesus, di mana Engkau?"
Apa yang akan kau baca akan menakutkanmu. Aku berdoa hal itu akan cukup menakutkan sehingga kau mau jadi orang percaya. Aku berdoa supaya kau mau bertobat dari dosa-dosamu, sehingga kau tidak akan pergi ke tempat yang mengerikan itu. Aku berdoa supaya kau mau mempercayaiku, karena aku tak mau hal ini terjadi pada siapapun juga. Aku mengasihimu dan berharap kau mau bangun sebelum segalanya terlamabat.
Jika kau seorang Kristen dengan membaca ini, yakinlah akan keselamatanmu. Bersiaplah untuk berjumpa dengan Tuhan pada setiap saat, karena kadang kadang sudah tidak ada waktu lagi untuk bertobat. Jaga apimu supaya tetap menyala, dan pelitamu penuh minyak. Bersiaplah, karena kau tidak tahu kapan Dia kembali. Jika kau belum dilahirkan kembali, bacalah Yohanes 3:16-19 dan datanglah kepada Tuhan. Dia akan menyelamatkanmu dari tempat penyiksaan ini.
Ketika aku berteriak memanggil Yesus, aku mulai menuruni bukit mencariNya. Aku dihentikan oleh satu setan besar yang membawa rantai. Dia tertawa dan berkata, "Kau tidak bisa lari ke manapun juga, perempuan.Yesus tidak ada disini untuk enyelamatkanmu. Kau akan berada di alam maut selamanya."
"Oh tidak," jeritku. "biarkan aku pergi!" Aku berkelahi dengan segenap kekuatanku, tapi aku segera dibelenggu dengan rantai dan dilempar ke tanah. Ketika aku terbaring di sana, tubuhku mulai terbungkus oleh selaput aneh yang lengket dengan bau yang begitu hebat sampai aku merasa mual. Aku tahu apa yang akan terjadi.
Dan kemudian aku merasa daging dan kulitku mulai berjatuhan dari tulang-tulangku! Aku menjerit dan menjerit dalam ketakutan. "Oh Yesus." Aku berteriak, "Engkau ada di mana?"
Kupandang diriku sendiri dan melihat bahwa di seluruh daging yang masih tertinggal di tubuhku mulai berubah warna menjadi abu-abu kotor, dan dari tubuhku berjatuhan daging yang berwarna abu-abu. Timbul lubang-lubang di punggung, di kaki, di tangan dan lenganku. Aku menjerit, "Oh tidak, aku di alam maut selamanya! Oh tidak."
Aku mulai merasa cacing-cacing di dalam tubuhku dan kudapati bahwa tulang-tulangku penuh cacing. Bahkan jika aku tidak bisa melihat mereka, aku tahu mereka ada di sana. Ku coba untuk menarik mereka dari tubuhku, tapi makin banyak yang datang menggantikan tempat mereka. Aku benar-benar merasakan kebusukan di dalam tubuhku.
Ya, aku tahu semua hal dan bisa mengingat dengan tepat apa yang telah terjadi di bumi. Aku bisa merasakan (sentuhan), melihat, mencium, mendengar dan merasa (mencicipi) semua siksaan di alam maut. Aku bisa melihat di dalam diriku sendiri. Aku hanya berupa kerangka yang kotor, tapi aku masih bisa merasakan semua yang terjadi padaku. Aku melihat yang lain-lain yang seperti diriku - sejauh mata memandang, kulihat jiwa jiwa.
Aku berteriak dalam kesakitan yang hebat. "Oh, Yesus! Tolong aku, Yesus." Aku ingin mati, tapi tidak bisa. Kurasakan api berkobar lagi di kakiku. Aku menjerit, "Kau dimana Yesus?" Aku berguling-guling di tanah dan menangis bersama-sama dengan yang lain. Kami terbaring di rahang alam maut dalam gundukan
kecil, seperti sampah yang dibuang. Jiwa kami dicekam rasa sakit yang tak tertahankan.
Aku terus menerus berteriak, "Kau di mana Yesus? Kau di mana Yesus?"
Aku ingin tahu apakah ini hanya sebuah mimpi? Apakah aku akan terbangun? Apakah aku benar-benar di alam maut? Apakah aku telah melakukan dosa yang bear melawan Allah dan kehilangan keselamatanku? Apa yang terjadi? Apakah aku telah berdosa kepada Roh Kudus? Kuingat semua pelajaran Alkitab yang pernah kudengar. Aku tahu keluargaku berada di suatu tempat di atasku. Dalam ketakutan kusadari bahwa aku berada di alam maut sama seperti jiwa-jiwa yang telah kulihat dan kubicarakan.
Aku merasa begitu aneh ketika bisa melihat tembus tubuhku. Cacing-cacing mulai merayap di dalam tubuhku lagi. Dapat kurasakan mereka merayap. Aku menjerit karena takut dan kesakitan.
Baru kemudian satu setan berkata, "Yesusmu telah mengecewakan dirimu kan? Nah, sekarang kau milik iblis!" Dia tertawa jahat ketika diangkatnya tubuhku dan menaruhku di atas sesuatu. Segera kudapati diriku di atas punggung bangkai hidup sejenis binatang. Binatang itu, seperti juga diriku, berwarna abu-abu kotor, penuh dengan kotoran dan daging mati yang busuk. Bau yang busuk memenuhi udara yang kotor.
Binatang itu membawaku tinggi ke atas langkan. Pikirku, oh Tuhan, di manakah Engkau?
Kami melewati banyak jiwa yang menjerit-jerit untuk diselamatkan. Kudengar suara keras dari rahang alam maut waktu terbuka, dan banyak jiwa jatuh melewatiku. Tanganku diikat di belakang punggungku.
Rasa sakit itu tidak terasa terus menerus, mendadak datang, dan mendadak hilang. Aku menjerit setiap rasa sakit itu datang, dan menunggu dengan ketakutan kalau rasa sakit itu bekurang.
Pikirku, bagaimana aku bisa keluar?" Apa yang akan terjadi? Apa ini yang terakhir? Apa yang telah kulakukan sehingga aku layak masuk alam maut?
"Oh Tuhan, di mana Engkau?" tangisku dalam kesakitan.
Aku menangis, tapi tidak bisa keluar air mata - hanya tubuhku yang terguncang-guncang. Binatang itu berhenti di depan sesuatu. Kupandang ke atas dan melihat sebuah ruangan yang indah penuh dengan barang-barang mewah dan permata yang berkilauan. Di tengah ruangan itu ada seorang wanita cantik berbusana pakaian ratu. Di dalam keputusasaanku, aku ingin tahu apa arti semuanya ini.
Aku berkata, "Wanita , tolonglah aku," Dia mendekat dan meludahi mukaku. Dia mengutukku dan berbicara perkara-perkara yang kotor kepadaku. "Oh Tuhan, apa lagi berikutnya? Tangisku. Dia tertawa jahat.
Tepat di depan mataku wanita itu berubah wujud menjadi pria, seekor kucing, seekor kuda, seekor ular, seekor tikus dan seorang pemuda.
Wujud apapun yang dipilihnya akan terjadi. Dia punya kuasa jahat yang besar. Di atas ruangannya ada tulisa "Ratu Iblis"
Binatang itu berjalan lagi untuk beberapa lama, dan kemudian berhenti. Dengan satu sentakan aku dilempar dari binatang itu ke tanah. Kulihat sepasukan laki-laki berkuda lewat. Aku dipaksa minggir ketika mereka lewat. Mereka semuanya berupa kerangka dengan warna kematian abu-abu kotor.
Sesudah mereka lewat, aku diangkat dari tanah dan dimasukan ke dalam sel. Ketika seseorang mengunci pintunya, dengan ketakutan kupandangi sekeliling sel dan menangis. Aku berdoa tapi tanpa harapan. Aku menangis dan bertobat seribu kali untuk dosa-dosaku. Ya, aku teringat banyak hal yang sudah
kulakukan untuk membimbing orang-orang Kristen lain dan untuk membantu seseorang ketika mereka membutuhkan diriku. Aku bertobat dari hal-hal yang sudah kulakukan dan pekerjaan-pekerjaan yang kutinggalkan dalam keadaaan belum selesai.
"Oh Tuhan, selamtkan aku," tangisku.
Berkali-kali aku berseru kepada Allah untuk menolongku. Aku tak bisa melihat maupun merasakanNya. Aku berada di alam maut sama seperti mereka yang sudah kulihat. Aku terjatuh di ubin dalam kesakitan dan menangis. Aku merasa bahwa aku terhilang untuk selamanya.
Berjam-jam telah berlalu dan setiap kali terdengar suara keras itu, jiwajiwa lain turun ke alam maut. Aku tetap memanggil, "Yesus, dimana Engkau?" Tidak ada jawaban. Cacingcacing mulai merayap lagi di dalam tubuh rohaniku. Aku bisa merasakan mereka merayap dalam diriku.
Kematian ada di mana-mana. Aku tak punya daging, tanpa alat tubuh, dan tanpa harapan. Aku tetap menarik keluar cacing-cacing dari kerangkaku. Aku sadar akan segala sesuatu yang sedang terjadi, dan aku ingin mati tapi tidak bisa. Rohku akan hidup selamanya.
Aku mulai menyanyi tentang kehidupan dan kuasa dari darah Yesus, yang mampu menyelamatkan dari dosa. Ketika hal itu kulakukan, setan besar dengan tombak datang berseru, Hentikan iitu!" mereka menikamku dengan tombak-tombak, dan kurasakan kilatan-kilatan api yang panas ketika ujung-ujunng tombak menembus sosok tubuhku. Berkali-kali mereka menimkamku.
Mereka menyanyi, "Iblislah allah di sini. Kami membenci Yesus dan semua yang berpihak kepadaNya!"
Ketika aku tidak mau berhenti menyanyi, mereka membawaku ke luar dari sel dan menyeretku ke sebuah lubang yang besar. "Jika kau tidak diam," kata mereka, "siksaanmu akan lebih berat."
Aku berhenti bernyanyi, sesudah ditahan lama, mereka mengembalikan aku ke dalam sel. Aku ingat ayat-ayat di Alkitab tentang malaikatmalaikat jatuh yang dirantai dalam penantian sampai penghakiman yang terakhir. "Tuhan selamatkan manusia di bumi," tangisku. "Bangunkan mereka sebelum terlambat." Banyak Firman muncul dalam pikiranku, tapi aku takut terhadap setan-setan itu dan tidak kuucapkan.
Rintihan dan teriakan memenuhi udara. Seekor tikus merayap di dekatku, dan kutendang pergi. Aku berpikir tentang suami dan anak-anakku. "Oh Allah, jangan biarkan mereka datang ke tempat ini," tangisku, karena aku tahu dengan pasti bahwa aku berada di alam maut.
Allah tidak bisa mendengarku, telinga dari Yang Maha Kuasa sudah tertutup untuk tangisan-tangisan di alam maut, pikirku. Kalau saja seseorang mau mendengarkan.
Seekor tikus besar lari ke atas kaki dan menggigitku. Aku menjerit dan melepaskannya. Rasanya sangat sakit.
Api yang entah berasal dari mana mulai perlahan-lahan membakarku. Detik-detik, menit-menit dan jam-jam berlalu. Akulah orang berdosa yang terhilang di alam maut. "Oh maut, datanglah," tangisku. Rupanya tangisanku memenuhi seluruh rahang alam maut. Yang lain ikut serta menangis - terhilang selamanya - tidak! Aku ingin mati tapi tidak bisa.
Aku jatuh terhenyak di lantai, merasakan semua siksaan ini. Kudengar rahang alam maut terbuka lagi, dan banyak jiwa mulai masuk ke dalamnya. Sekarang api mulai membakarku, dan timbul rasa sakit yang baru. Aku tahu apa yang sedang terjadi. Ingatanku tajam dan kuat. Aku tahu semua perkara itu dan aku tahu bahwa, jika jiwa-jiwa mati di dunia dan tidak diselamatkan dari dosa-dosa mereka, mereka datang ke sini.
"Oh Allahku, selamatkan aku," tangisku, "tolong selamatkan kami semuanya." Aku ingat seluruh hidupku dan mereka semua yang telah bercerita padaku tentang Yesus. Aku ingat waktu mendoakan orang sakit dan bagaimana Yesus menyembuhkan mereka. Aku ingat Firman-FirmanNya tentang kasih dan sukacita dan kesetiaanNya.
Kalau saja aku sudah lebih menyerupai Yesus, aku tak akan berada di sini, pikirku. Aku berpikir tentang perkaraperkara baik yang sudah Tuhan berikan kepadaku. Bagaimana Tuhan telah memberi udara untuk kehidupan, makanan, anak-anak dan rumah tangga, dan hal-hal baik untuk dinikmati. Tetapi, jika Dia Allah yang baik, kenapa aku berada di sini?
Aku tidak punya kekuatan untuk berdiri, tapi jiwaku terus menangis.
"Keluarkan aku dari sini."
Aku tahu bahwa di atasku kehidupan berlangsung terus, dan di suatu tempat temanteman dan keluargaku menjalani kehijdupan normal mereka. Aku tahu di suatu tempat ada gelak-tawa, kasih dan kebaikan hati. Tapi pikiran itupun mulai berangsur-angsur hilang dalam kesakitan yang hebat.
Bagian alam maut ini dipenuhi oleh kabut kotor yang setengah gelap dan remang-remang. Cahaya kuning yang redup ada di mana-mana, dan bau dari daging yang membusuk tak tertahankan. Menit-menit terasa seperti berjamjam, dan jam-jam terulur ke dalam kekekalan. Oh, kapan hal ini akan berhenti?
Aku tidak tidur, tidak istirahat, tidak ada makanan dan tidak ada air. Aku lapar sekali dan merasa lebih haus daripada rasa haus yang pernah kurasakan dalam hidupku. Aku begitu lelah dan ngantuk tapi rasa sakit itu terasa terus menerus.
Setiap kali mulut alam maut terbuka, mereka membuang muatan yang terdiri dari manusia-manusia yang terhilang untuk masuk ke alam maut. Dalam hati aku bertanya-tanya berangkali ada seseorang yang kukenal di antara mereka. Apakah mereka membawa suamiku ke sini?
Berjam-jam telah berlalu sejak aku datang di rahang alam maut. Kemudian kuperhatikan, ada sinar yang mulai memenuhi ruangan itu. Tiba-tiba api mulai berhenti menyala, tikus-tikus pergi, dan rasa sakit hilang dari tubuhku. Kucari kesempatan untuk melarikan diri, tapi tidak ada.
Aku ingin tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Aku mengintai lewat tingkap-tingkap alam maut, tahu bahwa hal ini adalah sesuatu yang mengerikan. Dan kemudian alam maut mulai tergoncang, dan api mulai menyala lagi. Kembali lagi ular-ular, tikus-tikus dan cacing-cacing! Rasa sakit yang tak tertahankan memenuhi jiwaku ketika penyiksaan itu mulai lagi.
"Oh Allah, biarkan aku mati," tangisku ketika aku mulai memukul-mukul lantai tanah di dalam selku dengan tulang-tulangku. Aku menjerit dan menangis, tapi tidak seorangpun tahu maupun memperdulikannya.
Tiba-tiba aku diangkat dari sel oleh suatu kekuatan yang tidak kelihatan. Ketika aku siuman kembali, Tuhan dan aku sedang berdiri di samping rumahku. Aku menjerit, "Kenapa, Tuhan, kenapa?" dan menjatuhkan diriku di kakiNya dalam keputusasaan.
Yesus berkata, "Damai, tenanglah."
Seketika itu juga aku berada dalam damai sejahtera. Dia mengangkatku dengan lembut dan aku tertidur dalam tanganNya.
Ketika keesokan harinya aku terbangun, aku merasa sangat sakit. Untuk berhari-hari aku terkenang akan kengerian-kengerian di alam maut dengan siksaan-siksaanya. Pada malam hari aku terbangun, menjerit dan berkata, ada banyak cacing merayap dalam diriku. Aku sangat takut pada alam maut
No comments:
Post a Comment